Olahraga Tradisional "BENTENG"
Penulis :
Ir. BIasworo Adisuyanto Aka, MM
Sumber :
Buku Peraturan Permainan "Benteng"
diterbitkan oleh Direktorat Keolahragaan Direktorat Jenderal Pendidikan
Luar Sekolah, Pemuda dan Olahraga Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
RI
Olahraga
tradisional "Benteng" merupakan permainan asli budaya bangsa Indonesia
yang berkembang diberbagai daerah di Indonesia dengan nama permainan
berbeda. Dalam buku Peraturan Permainan Benteng yang diterbitkan
Direktorat Keolahragaan Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah,
Pemuda dan Olahraga Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia tahun 1985, menyebutkan bahwa sejarah perkembangan permainan
"Benteng" ini tidak diketahui dengan pasti, yang jelas sejak masa
anak-anak dan dimasa generasi kakek dan nenek, permainan ini sudah
dikenal, digemari dan dimainkan oleh rakyat. Permainan ini disebut
"Benteng", karena masing-masing regu pada hakekatnya berusaha saling
menyerang dan mempertahankan bentengnya, juga berusaha menghindarkan
diri dari tangkapan/sentuhan musuhnya agar tidak tertawan.
Permainan
olahraga tradisional ini sangat menarik, walaupun dibeberapa daerah
mempunyai nama dan sebutan berbeda, namun hakekatnya permainannya hampir
serupa. Dikatakan hampir serupa, karena ada perbedaan yang tidak
merubah makna dan pengertian untuk saling mempertahankan bentengnya.
Dalam buku tersebut juga menjelaskan bahwa data yang diperoleh bahwa
permainan yang hampir bersamaan dengan permainan ini ada juga di daerah
lainnya, seperti (1) Provinsi Lampung, nama permainannya : Main Benteng,
Gamit Tikam, dan Kecubung Minta Api (2) Provinsi Jambi namanya :
Merebut Benteng (3) Provinsi Kalimantan Tengah namanya Tawanan (4)
Provinsi Nusa Tenggara Timur namanya Hakdiuk Lise (5) Provinsi Bengkulu
namanya Sekejar (6) Daerah Khusus Ibukota Jakarta namanya Benteng. BIsa
saya tambahkan di Provinsi Jawa Timur juga terdapat permainan yang mirip
namun berbeda nama dan memiliki ciri khas berbeda dari daerah lainnya,
seperti di daerah Kabupaten Pamekasan diberi nama "Chu", sedangkan di
daerah Jember diberi nama "Chucuan". Bentuk permainannya sama, tetapi
ketika berlari dan mengejar lawan wajib membunyikan kata "Chuuuuuuuuu",
tidak boleh berhenti ketika belum kembali pada posisi bentengnya.
Dalam buku peraturan permainan Benteng yang diterbitkan oleh Direktorat
Keolahragaan Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda dan
Olahraga Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tahun
1985, bahwa permainan ini disebut benteng, karena dalam permainan yang
dilakukan secara beregu itu pada hakekatnya berusaha saling
mempertahankan posnya agar tidak tersentuh oleh regu lawan mainnya yang
selain mempertahankan posnya juga berusaha menyerang pos musuhnya.
Permainan
"Benteng" adalah salah satu permainan asli rakyat Indonesia yang perlu
dibina dan dilestarikan, mengingat dalam permainan tersebut mengandung
unsur positif dan mempunyai sifat permainan untuk perlu dilestarikan,
yaitu mengandung unsur massal, murah, manarik, serta menggembirakan.
Secara terselubung bahwa olahraga permainan "Benteng" ini merupakan
suatu kegiatan kebudayaan yang di dalamnya terdapat unsur kesehatan,
sportifitas, keindahan, kejujuran, kesetiakawanan (solidaritas),
keuletan, ketekunan, dan kebanggaan nasional apabila hal ini dilakukan
secara teratur, terencana, dan terpimpin.
Peraturan permainan "Benteng"
1.
Tempat/Lapangan, bentuk persegi panjang, ukuran 50 m x 50 m, daerah
benteng berbentuk lingkaran berdiameter 3 meter. Lingkaran tersebut
dengan jarak 10 meter dari garis belakang dan garis samping. Lapangan
ditandai dengan garis selebar 5 cm. Sedangkan daerah tawanan berbentuk
persegi panjang dengan ukuran 10 meter x 1 meter;
2. Peralatan
(a) bendera dua helai 30 cm x 20 cm dengan warna yang berbeda (b) Tiang
bendera : dua meter dari permukaan tanah dengan garis menengah 5 cm (c)
garis menggunakan kapur/cat/line paper (d) sempritan (e) jam/stop watch
(f) nomor dada;
3. Waktu dan lamanya permainan 2 x 25 menit dengan istirahat 10 menit;
4. Setiap regu terdiri dari 10 orang, cadangan 2 orang;
5. Cara bermain
: (a) sebelum permainan dimulai diadakan undian (b) Regu yang menang
undian memulai permainan dengan cara keluar dari benteng untuk memancing
lawan (c) setiap pemain berfungsi sebagai pemancing atau yang dikejar
dan juga sebagai pengejar. Ia akan menjadi pengejar regu lawan, apabila
lawan lebih dahulu meninggalkan bentengnya dan ia akan menjadi orang
yang dikejar oleh lawan apabila ia belakangan meninggalkan bentengnya
(d) anggota regu yang tertangkap akan menjadi tawanan dari pihak lawan
(e) cara menangkap cukup dengan menyentuh bagianbadan dari lawan (f)
Tawanan yang berkumpul di daerah tawanan, dapat bebas kembali apabila
teman regunya yang belum tertangkap dapat membebaskan dengan jalan
menyentuh bagian badannya. Tawanan yang lebih dari satu orang, semuanya
dapat dibebaskan dengan jalan menyentuh salah seorang tawanan apabila
satu sama lain dalam keadaan berpegangan/bergendengan (g) kapten egu
ditandai dengan ban/pita dilengan kanan dan bertugas mengatur setiap
anggota regunya. Bla kapten regu tertangkap, tugas diserahkan kepada
salah seorang anggota regu (h) benteng satu regu dinyatakan terbakar,
apabila salah seorang dari regu lawan dapat membakar benteng dengan cara
menginjakkan salah satu kakinya di daerah benteng lawan (i) setelah
salah satu regu benteng terbakar, permainan dilanjutkan dengan regu yang
berhasil membakar berfungsi sebagai pemancing (j) pemain yang keluar
dari garis lapangan permainan dianggap tertangap.
6. Pergantian pemain berlangsung setiap regu diperbolehkan mengadakan pergantian pemain sebanyak 2 kali;
7. Wasit,
pembantu wasit, dan pencatat (a) pertandingan dipimpin oleh seorang
wasit dan dua orang pembantu wasit (b) tugas wasit, memimpin jalannya
pertandingan (b) tugas pembantu wasit ialah membantu wasit, khusus dalam
hal memancing, mengawasi garis, mengawasi tahanan dan pembakaran
benteng (d) pencatat bertugas mencatat nilai yang diperoleh
masing-masing regu dan mengawasi penggantian pemain;
8. Penilaian
dan pentuan pemenang (a) regu yang dapat membakar benteng lawannya
mendapat nilai satu. regu yang paling banyak membakar benteng lawannya
dinyatakan sebagai pemenang (b) apabila pada akhir pertandingan kedua
regu mendapat nilai yang sama, maka diadakan pertandingan perpanjangan 2
x 5 menit tanpa istirahat (c) apabila masih tetap sama, maka ditentukan
dengan undian/tos.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar