Jumat, 07 April 2017

Tarung Derajat

SEJARAH SINGKAT TARUNG DERAJAT

Motto : “Aku Ramah Bukan Berarti Takut – Aku Tunduk Bukan Berarti Takluk”

Salam persaudaraan , BOX !

“JADIKANLAH DIRIMU OLEH DIRI SENDIRI !”

Seni Ilmu Olah Raga Bela Diri TARUNG DERAJAT dideklarasikan kelahirannya dibumi persada Indonesia tercinta, di Bandung 18 Juli 1972 oleh peciptanya seorang putra bangsa yaitu Guru : Haji Achmad Dradjat yang memiliki nama julukan (Panggilan) Aa Boxer. Nama panggilan Aa Boxer diterapkan dan melekat pada diri Achmad Dradjat, setelah dirinya mampu dan berhasil menggunakan dan menerapkannya Seni Pembelaan Diri karya ciptanya didalam berbagai bentuk perkelahian, dimana butuh dan harus BERKELAHI atau BERTARUNG dalam rangka BERJUANG untuk mempertahankan kelangsungan hidup, menegakkan kehormatan dan membela kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari selaras dengan kodrat hidupnya.

Jadi sebenarnya keberadaan Tarung Derajat itu adalah identik dengan perjalanan & perjuangan Achmad Dradjat yang juga dikenal dengan julukan Aa Boxer dan kini bergelar “SANG GURU TARUNG DERAJAT”.

Perjalanan & Perjuangan hidup Achmad Dradjat dimulai sejak kelahirannya diatas muka bumi ini, Sang Guru Tarung Derajat dilahirkan di Garut 18 Juli 1951 dari pasangan Bapak dan Ibu H.Adang Latif dan Hj.Mintarsih dalam suasana sedang terjadi pertempuran melawan Gerombolan pemberontak yang dikenal dengan sebutan kelompok Darul Islam (D.I), dalam penyerangan tersebut kedua orang tua Achmad Dradjat sebagai Aktivis Pejuang Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang setelah pasca Kemerdekaan menjadi anggota Polisi Istimewa, menjadi salah satu sasaran operasi dari penyerangan Gerombolan tersebut. Berkat kebesaran dan kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa mereka dapat selamat dari peristiwa itu dan saat itulah Sang Guru lahir dalam keadaan sehat, ditengah kejaran para pemberontak.

Peristiwa tersebut telah mengilhami kedua orang tua Sang Guru dengan memberikan nama DARAJAT (DRADJAT / DERAJAT), yang berarti Berkat atau suatu Rahmat karunia Tuhan Yang Maha Esa yang membawa atau mendatangkan kebaikan pada kehidupan manusia, seperti keselamatan dan kesehatan hidup atau kesejahteraan hidup atau juga sebagai harkat dan martabat hidup manusia.

Sejalan dan seiring dengan nilai-nilai  riwayat Perjalanan & Perjuangan hidup yang dilakukan Sang Guru Achmad Dradjat (Aa Boxer) dalam menciptakan dan melahirkan Ilmu Bela Diri secara Alami, Mandiri, dan Tersendiri serta kejadian-kejadian hidup yang terjadi selalu dinikmati dengan totalitas berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan tindakan-tindakan yang Realistis dan Rasional, dari hasil perjuangan hidup PRIBADI  seperti itu, mencuat sebuah nama untuk diterapkan pada Seni Ilmu Olah Raga Bela Diri Karya Ciptanya, yaitu : “TARUNG DERAJAT.” (Tarung/Bertarung adalah Berjuang dan Derajat adalah Harkat martabat kemanusiaan)

Pada usia balita Achmad Dradjat pindah ke Bandung mengikuti perjalanan dinas kedua orang tuanya, tinggal di kawasan Tegallega suatu daerah  yang keras dan berpenduduk sangat heterogen dengan segala perilaku hidupnya yang dinamis. Situasi dan kondisi seperti itu sangat ditunjang dengan keberadaan sebuah lapangan sangat luas yang beraktivitas hampir 24 jam.

Berbagai macam bentuk kegiatan hidup terjadi dilapangan tersebut, seperti: Kegiatan olah raga, perkelahian massal antar kelompok pemuda remaja, pemerasan, perampokan, perjudian, pelacuran, dsb yang berbau kriminalitas maupun kemaksiatan. Dalam waktu-waktu tertentu lapangan tersebut juga dipakai untuk kegiatan kemasyarakatan lainnya oleh seluruh kalangan masyarakat Bandung khususnya dan apabila sesuatu tindak kekerasan terjadi, tidak jarang masyarakat setempat yang berperilaku hidup  baik-baik kerap menjadi korban tindak kekerasan.

Kejadian tindak kekerasan tersebut tidak terkecuali sering juga dialami oleh sosok remaja Achmad Dradjat.

Bagi Achmad Dradjat yang sejak masa anak-anak mempunyai postur tubuh lebih kecil dibanding dengan sesama anak lainnya  dan sangat menggemari olah raga keras, seperti sepak bola dan beladiri, selain itu dirinya yang berkarakter berani dan ulet, menjadikan hidup dan dibesarkan dilingkungan seperti itu memiliki arti dan tantangan yang tersendiri.

Berbekal didikan Akhlak Budi pekerti dan Ajaran Agama yang diterapkan kedua orang tua dan tertanam serta terpelihara secara ketat dan berdisiplin sejak masa kecil. Aa, demikian dipanggil dalam lingkungan keluarganya (Aa adalah suatu  panggilan dalam bahasa daerah sunda bagi anak laki yang tertua atau yang dituakan) mulai memasuki lingkungan yang keras.

Bermacam cara datang dan terjadi perkelahian antar kelompok maupun perorangan, pemerasan serta berbagai bentuk tindak kekerasan lain.

Dalam lingkungan demikian sifat pemberani dan keinginan menolong teman yang dimilikinya, seringkali membuat Aa mengalami berbagai tindak kekerasan, perklelahian demi perkelahian harus ia lalui walau lebih sering kalah dari pada menangnya, dan dengan segala keuletan yang didasari oleh hasil didikan Akhlak dan ajaran Agama yang terus melekat, dirinya mampu menghadapi dan mengatasi berbagai rintangan hidup setahap demi setahap secara pasti, hingga pada usia 13 tahun tindak kekerasan dan penganiayaan yang dilakukan oleh sekelompok pemuda remaja dan manusia lain yang tidak bermoral dan tidak bertanggung jawab nyaris merenggut jiwanya.

Bagaimana tidak, peristiwa pengeroyokan dan penganiayaan yang dialaminya itu terjadi ditengah keramaian orang-orang yang hanya bisa menjadi penonton dan sebagian lainnya hanya mampu menjadi penganiaya. Dalam keadaan seperti itu Achmad Dradjat dituntut harus mampu bertahan hidup dalam kesendirian, bukan mempertahankan diri sampai lupa diri.

Sesungguhnya dari kenyataan peristiwa tersebut sangat disadari hanya karena Kebesaran dan Kekuasaan Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang menghendaki nasib lain sehingga Aa dapat terselamatkan dari nasib yang lebih buruk lagi.

Kejadian serupa terjadi dialami Achmad Dradjat pada saat belajar latihan beladiri secara resmi sebagai anggota suatu perkumpulan beladiri, dalam peristiwa tersebut dirinya dipaksa untuk berkelahi menggunakan teknik yang berlaku di beladiri itu sendiri melawan anggota senior yang bertubuh jauh lebih besar, dengan demikian Achmad Dradjat  yang baru belajar dasar-dasar teknik perkelahian tidak mampu berbuat banyak selain bertahan diri, disaksikan anggota senior lain, pelatih dan guru besarnya yang ada diruang latihan lainnya.

Achmad Dradjat dengan teknik yang terbatas tadi bertarung sampai seluruh badannya penuh dengan luka memar, namun demikian tidak ada fikiran dan rasa dari anggota lain termasuk guru besarnya untuk bertindak, menghentikan dan menyelamatkan perkelahian. Dalam kesendirian sosok remaja Achmad Dradjat kembali harus berjuang diri mempertahankan keselamatan dan kesehatan hidupnya.

Dari perkelahian ke perkelahian itulah maka Achmad Dradjat secara alami tertempa dan terlatih untuk menjawab tantangan hidup yang keras dan dari kerasnya  kehidupan yang dialaminya sifat fisik dan sikap mentalnya terbina dan terbiasa untuk menerima kenyataan hidup secara realistis dan rasional.

Kemampuan itu dimiliki karena pada dasarnya, setiap mahluk hidup telah dibekali kemampuan gerak reflek untuk bertahan hidup. Fikiran , rasa dan keyakinan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masanya dan terbayangi sepanjang usia, baik kejadian itu berupa musibah maupun anugerah, pengalaman tersebut pada dasarnya adalah bagian dari proses pembelajaran dan pelatihan otot, 0tak serta nurani untuk menentukan arah hidup yang lebih baik menuju pada kehidupan yang benar selaras dengan kodratnya.

Berbagai macam kejadian dan pengalaman hidup yang terjadi dalam lingkup pembelaan diri yang berasal dan mengandalkan dari gerak reflek dan dorongan naluri ,insting atau garizah yang terus terjadi secara berulang tersebut, mengasah otot, otak serta nuraninya untuk terbiasa menghadapi berbagai ancaman dan terlatih untuk menjawab tantangan hidup, yang berupa menjaga keselamatan dan kesehatan diri, menegakkan dan mempertahankan kehormatan serta membela kemanusiaan.

Bersamaan dengan itulah proses penciptaan gerak dan jurus dibentuk dan diuji dari perkelahian. Proses ini disempurnakan melalui suatu penempaan diri, baik secara fisik maupun mental dengan cara yang tersendiri dan mandiri. Gerakan tubuh yang kemudian menjadi jurus ini, seluruhnya didasari gerak reflek yang alamiah.

Dari penempaan praktis ini gerakan tubuh yang tercipta menjadi sangat efektif bagi suatu pembelaan diri. Gerakan dan jurus serta metode latihan didasari kemampuan alamiah. Semua ini sebenarnya dimiliki semua manusia sebagai fitrah dan bisa dikembangkan secara mandiri, inilah yang mendasari lahirnya sebuah prinsip hidup Tarung Derajat “Jadikanlah Dirimu oleh Diri Sendiri.”

Hingga menginjak usia remaja, Achmad Dradjat telah  menunjukan kemampuaan dan keunggulan dalam menghadapi berbagai tindak kekerasan dan perkelahian. Achmad Dradjat juga menularkan kemampuan beladirinya pada rekan-rekan dekat dan masyarakat lain yang membutuhkannya, yang sebagian besar memintanya untuk menjadi Guru.

Akhirnya, pada tanggal 18 juli 1972 diikrarkan pendirian Perguruan Tarung Derajat yang menjadi tanda utama resminya kelahiran Ilmu Olah Raga Seni Ilmu Pembelaan Diri karya cipta Achmad Dradjat.

Gelar “SANG GURU” menjadi sebuah panggilan kehormatan dan penghargaan sekaligus sebagai Saripati Jati Dirinya dari apa yang diperjuangkannya dalam menciptakan ILmu Olah Raga Seni Pembelaan Diri TARUNG DERAJAT bagi murid-murid dan Perguruan Pusat Tarung Derajat.

10 Olahraga Tradisional Indonesia

1. Olahraga Tradisional Asli Indonesia – Pencak Silat

Silat atau Pencak Silat diperkirakan menyebar di Kepulauan Indonesia sejak abad ke 7 masehi. Namun demikian, asal usulnya belum diketahui secara pasti. Akan tetapi bahwa kerajaan Majapahit dan Sriwijaya telah dikenal memiliki pendekar-pendekar besar dan menguasai olah kanuragan / ilmu bela diri. Selain itu bukti adanya seni bela diri dapat dilihat dari berbagai artefak senjata yang ditemukan dari masa klasik (Hindu-Budha) serta pada pahatan relief yang menggambarkan sikap kuda-kuda silat di candi Borobudur dan Prambanan (Donald F. Draeger). Sementara itu Sheikh Shamsuddin (2005) berpendapat bahwa terdapat pengaruh ilmu bela diri dari Cina dan India dalam silat. Hal ini karena sejak awal kebudayaan Melayu telah mendapat pengaruh dari kebudayaan yang dibawa oleh pedagang maupun perantau dari India, Cina, dan mancanegara lainnya.

Selengkapnya Baca : Sejarah Asal Usul Pencak Silat

olahraga tradisional asli indonesia

2. Olaraga Tradisional Asli Indonesia – Egrang

Egrang atau jangkungan adalah galah atau tongkat yang digunakan seseorang agar bisa berdiri dalam jarak tertentu di atas tanah. Egrang berjalan adalah egrang yang diperlengkapi dengan tangga sebagai tempat berdiri, atau tali pengikat untuk diikatkan ke kaki, untuk tujuan berjalan selama naik di atas ketinggian norma.
Di Indonesia Egrang biasanya dilombakan pada kegiatan-kegiatan seperti peringatan kemerdekaan Indonesia. Selain sebagai sarana hiburan, lomba engrang juga melatih kekuatan tubuh manusia serta pada zaman dahulu berfungsi untuk menghindari dari air di daerah dataran banjir atau pantai.

3. Olaraga Tradisional Asli Indonesia – Bakiak / Terompah

Bakiak merupakan salah satu permainan tradisional. Bahannya dibuat dari kayu panjang seperti seluncur es yang sudah dihaluskan (diamplas, red:banjar) dan diberi beberapa selop diatasnya, biasanya untuk 2-3 orang. Memainkan bakiak biasanya secara berkelompok atau tim, yang masing-masing tim berlomba untuk sampai ke finish. Permainan ini menguji ketangkasan, kepemimpinan, kerja sama, kreatifitas, wawasan serta kejujuran.
“Bakiak” sebenarnya permainan tradisional anak-anak di Sumatera Barat. Anak-anak dari Sumatera Barat yang dilahirkan hingga pertengahan tahun 1970-an, sering dan biasa memainkan bakiak atau terompah panjang ini. Bakiak panjang atau yang sering disebut terompa galuak di Sumatera Barat adalah terompah deret dari papan bertali karet yang panjang. Sepasang ‘bakiak’ minimal memiliki tiga pasang sandal atau dimainkan tiga anak. Biasanya juga untuk diperlombakan di tingkat kecamatan dan kelurahan pada 17 Agustusan.

4. Olaraga Tradisional Asli Indonesia – Tarik Tambang

Tarik Tambang merupakan salah satu olahraga tradisional atau permainan yang cukup populer pada perayaan 17 Agustus. Pertandingan tarik tambang melibatkan dua regu, dengan 5 atau lebih peserta. Dua regu bertanding dari dua sisi berlawanan dan semua peserta memegang erat sebuah tali tambang. Di tengah-tengah terdapat pembatas berupa garis. Masing-masing regu berupaya menarik tali tambang sekuat mungkin agar regu yang berlawanan melewati garis pembatas. Regu yang tertarik melewati garis pembatas dinyatakan kalah.
Taktik permainan terletak pada penempatan pemain, kekuatan tarik dan pertahanan tumpuan kaki di tanah. Pada umumnya pemain dengan kekuatan paling besar ditempatkan di ujung tali, untuk menahan ujung tali saat bertahan atau menghentak pada saat penarikan.

5. Olaraga Tradisional Asli Indonesia – Balap Karung

Balap Karung adalah olahraga sekaligus permainan yang juga populer pada saat peringatan 17 Agustus. Sejumlah peserta diwajibkan memasukkan bagian bawah badannya ke dalam karung kemudian berlomba sampai ke garis akhir. Meskipun sering mendapat kritikan karena dianggap memacu semangat persaingan yang tidak sehat dan sebagai kegiatan hura-hura, balap karung tetap banyak ditemui, seperti juga lomba panjat pinang, sandal bakiak, dan makan kerupuk.

6. Olaraga Tradisional Asli Indonesia – Karapan Sapi

Karapan sapi merupakan istilah untuk menyebut perlombaan pacuan sapi yang berasal dari Pulau Madura, Jawa Timur. Pada perlombaan ini, sepasang sapi yang menarik semacam kereta dari kayu (tempat joki berdiri dan mengendalikan pasangan sapi tersebut) dipacu dalam lomba adu cepat melawan pasangan-pasangan sapi lain. Trek pacuan tersebut biasanya sekitar 100 meter dan lomba pacuan dapat berlangsung sekitar sepuluh detik sampai satu menit. Beberapa kota di Madura menyelenggarakan karapan sapi pada bulan Agustus dan September setiap tahun, dengan pertandingan final pada akhir September atau Oktober di eks Kota Karesidenan, Pamekasan untuk memperebutkan Piala Bergilir Presiden.

7. Olaraga Tradisional Asli Indonesia – Lompat Batu

Olahraga lompat batu adalah olahraga yang lahir dari tradisidan budaya masyarakat di Pulau Nias. Dahulu suku-suku di Pulau Nias sering berperang karena terprovokasi dendam, perbatasan tanah, atau masalah perbudakan. Masing-masing desa kemudian membentengi wilayahnya dengan batu atau bambu setinggi 2 meter. Oleh karena itu, tradisi lompat batu lahir dan dilakukan sebagai sebuah persiapan sebelum berperang.
Biasanya sebelum melakukan tradisi lombat batu dibuka dengan tari-tarian perang khas Nias. Kini tradisi lompat batu menjadi ritual dan simbol budaya masyarakat Nias. Pemuda Nias yang berhasil melakukan tradisi ini akan dianggap dewasa dan matang secara fisik sehingga dapat menikah.
Atraksi hombo batu tidak hanya memberikan kebanggaan bagi seorang pemuda Nias, tetapi juga untuk keluarga mereka. Keluarga yang anaknya telah berhasil dalam hombo batu akan mengadakan pesta dengan menyembelih beberapa ekor ternak.

8. Olaraga Tradisional Asli Indonesia – Tarung Derajat

Tarung Derajat adalah bela diri yang di ciptakan oleh Achmad Drajat. Ia mengembangkan teknik melalui pengalamannya dari setiap pertarungan di jalanan pada tahun 1960-an di Bandung. Tarung Derajat secara resmi diakui sebagai olahraga nasional dan digunakan sebagai pelatihan dasar oleh TNI Angkatan Darat. Semboyan Tarung Derajat adalah: “Aku Ramah Bukan Berarti Takut, Aku Tunduk Bukan Berarti Takluk”
Sejak 1990-an, Tarung Derajat telah disempurnakan untuk olahraga. Pada tahun 1998, Tarung Derajat resmi menjadi anggota KONI. Sejak itu, Tarung Derajat memiliki tempat di Pekan Olahraga Nasional, sebuah kompetisi multi-olahraga nasional diselenggarakan setiap 4 (empat) tahun. Tarung Derajat utama asosiasi kodrat (Keluarga Olahraga Tarung Derajat) sekarang memiliki sub-organisasi di 22 provinsi di Indonesia

9. Olaraga Tradisional Asli Indonesia – Galah Asin

Galah asin dibebera daerah disebut juga galasin atau gobak sodor. Olahraga tradisional Gala asin ini adalah sejenis permainan daerah dari Indonesia. Permainan ini adalah sebuah permainan grup yang terdiri dari dua grup, di mana masing-masing tim terdiri dari 3 – 5 orang. Inti permainannya adalah menghadang lawan agar tidak bisa lolos melewati garis ke baris terakhir secara bolak-balik, dan untuk meraih kemenangan seluruh anggota grup harus secara lengkap melakukan proses bolak-balik dalam area lapangan yang telah ditentukan.

10. Olaraga Tradisional Asli Indonesia – Pacu Jalur

Pacu Jalur merupakan sebuah perlombaan mendayung di sungai dengan menggunakan sebuah perahu panjang yang terbuat dari kayu pohon. Panjang perahu ini bisa mencapai 25 hingga 40 meter dan lebar bagian tengah kir-kira 1,3 m s/d 1,5 m, dalam bahasa penduduk setempat, kata Jalur berarti Perahu. Setiap tahunnya, sekitar tanggal 23-26 Agustus, diadakan Festival Pacu Jalur sebagai sebuah acara budaya masyarakat tradisional Kabupaten Kuantan Singingi,Riau bersamaan dengan perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesi.

Perisaian


IM000551Perisaian adalah seni bela diri yang tradisi masyarakat Sasak dengan menggunakan sebatang rotan ( sasak ; penjalin ) sebagai senjata dan perisai berbentuk persegi empat terbuat dari kulit rusa atau kulit sapi betina (sasak; ende ) sebagai pelindung.
Keterampilan ini diregenerasikan secara alami oleh masyarakat sebagai sebuah permainan rakyat yang kemudian berkembang dalam bentuk yang lebih terorganisir dalam bentuk event pertandingan yang diselenggarakan dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten sampai se-Pulau Lombok.
Permainan ini merupakan permainan yang dilaksanakan oleh lelaki remaja dan dewasa yang mengadu keterampilan bela diri dengan kemampuan permainan tongkat rotan dengan target utama mengenai kepala lawan. Permainan dikatakan selesai manakala ada di antara sepasang petarung dapat memukul lawan dibagian kepala ( dagu ke atas ) sampai meneteskan darah. Seseorang yang sudah memiliki ketrampilan yang baik akan diberi gelar “Pepadu” (petarung). Seorang petarung dengan kemampuan yang dimilikinya siap menerima lawan “tidak pandang bulu”. Untuk melahirkan seorang pepadu akan terseleksi secara alami ketika ia muncul sebagai pemenang dalam berbagai pertandingan.
Pepadu (petarung) dalam proses pembentukannya menjalankan latihan fisik dan spiritual. Latihan fisik umumnya dilaksanakan berkaitan dengan kegiatan fisik sehari-hari sebagai seorang petani, misalnya; mencangkul, menebang pohon, menebang pohon, membelah kayu, memanggul beban berat dll. Keterampilan memainkan tongkat rotan sebagai senjata diperoleh dari pembelajaran langsung ketika mereka menonton teknis pukulan yang dilakukan oleh papadu yang lebih senior pada saat event pertandingan atau datang berguru kepadanya. Dalam hal permainan tongkat rotan ini juga ada yang pepadu yang mencoba mengembangkan teknisnya dengan teknis permainan Cabang dan trisula pada bela diri silat. Kemapuan spiritual seorang pepadu di asah melalui pengisian spiritual oleh seorang guru spiritual melalui proses ritual yang diyakininya. Berkaitan dengan ini maka seni bela diri tradisional ini disebut PERISAIAN yang berasal dari kata  “per-isi-an” bermakna mengisi ilmu kedigjayaan.

II. PERSIAPAN SESEORANG PETARUNG PERESEAN (PEPADU) KE ARENA
Persiapan yang dilakukan sebelum bertanding seorang pepadu mandi di persimpangan pertemuan dua aliran kali, mandi dengan air  lingkok. (air yang didapat dengan membuat lobang kecil dipinggir sungai ) menggosokkan badan dengan dedaunan yang kasar . Proses pengisian ilmu ini disebut dengan “ Bejariq” bermakna memasukkan kekuatan magis ke dalam tubuh. Sebelum berangkat ke tempat berlaga Sang Pepadu akan dibersihkan pundaknya oleh ibunya dengan sapu yang dibuat dari “kroman”  atau tangkai padi.
Beberapa pantangan dan penyebab kekalahan yang diyakini sebagai oleh Pepadu misalnya ; keluar bertanding saat ada kematian di kampungnya, mimpi mandi, melakukan hubungan suami – istri, melihat alat kelamin   dan payudara wanita, bertemu dengan orang sumbing atau orang buta sebelah.
III.  KAITAN PERESEAN DENGAN TRADISI  MASYARAKAT ADAT SASAK – LOMBOK.
Perisaian juga digunakan dalam upacara “ ngayu-ngayu “ atau disebut juga dengan istilah “Nede”  yakni upacara selamet mata air untuk memohon hujan. Upacara ini dilaksnaan dimusim kemarau dipimpin oleh seorang tokoh spiritual dalam tradisi sasak disebut “mangku”.  Pemimpin upacara melakukan ruwatan dengan memetong hewan kurban baik berupa anyam, kambing atau sapi sebagai simbul persembahan kepada penguasa alam. Peserta upacara di ajak untuk memanjatkan doa bersama memohon agar penguasa alam menurunkan hujan agar supaya usaha pertanian mereka berhasil. Upacara dilanjutkan dengan makan bersama di sekitar mata air dengan hidangan yang ditata secara khusus dalam sebuah wadah bernama “Dulang Tinggang”, Wadah ini terbuat dari lempengan kayu yang memiliki satu kaki berbentuk pilar. Di dalam wadah ini disusun dengan rapi jenis makanan lauk pauk dan buah-buahan.
Setelah upacara berlangsung dilanjutkan dengan menampilkan perisaian oleh petarung / Pepadu yang berasal dari desa setempat. Arena permainan cukup dalam sebidang tanah yang lapang kira-kira 10 m2 (persegi)  batas arena hanya ditandai oleh barisan penonton yang berhimpun.  Biasanya pertarungan dilaksanakan oleh minimal tiga pasang petarung . Uniknya ketika salah satu dari petarung kena pukulan rotan dibagian kepala dan mengeluarkan darah (Sasak : Bocor ) , maka para penonton akan berteriak “ aiq, aiq, aiq ….. !!” yang berarti “ air, air, air …… !!!“ . Teriakan tersebut bermakna agar air segera diturunkan oleh Sang Maha Pencipta ke bumi.
IV. ASPEK TEKNIS PERESEAN
  1. Pembagian Kelas
Petarung dalam peresean dibagi atas 3 kelas, kelas remaja, kelas dewasa dan kelas “Pepadu”. Pada kelas remaja disebut dengan kelas “pemula” atau “berajah/ngurukan” sedang kelas dewasa biasa disebut dengan “mete beneq” atau mencari bakal calon Pepadu/Petarung. Yang tertinggi adalah kelas “Pepadu” atau petarung mereka adalah para jawara yang sering mewakili wilayahnya untuk melakukan pertarungan dalam pertandingan di tingkat kabupaten maupun propinsi.
Beda antar kelas tersebut adalah jika kelas pemula dan dewasa biasa bertanding, petugas penyelenggara melakukan seleksi terhadap lawan tanding masing-masing pasangan pemain. Seorang “pekembar” / penimbang memberikan pertimbangan untuk meutuskan pasangan tanding  atas dasar besar kecilnya postur badan dan usia. Sedang untuk kelas “Pepadu” mereka tidak perlu dicarikan lawan berdasarkan ukuran fisik maupun usia. Kelas ini di sebut dengan “Mate Tanding” artinya tidak pakai ukuran fisik maupun usia. Setiap orang yang bergelar “Pepadu” siap melawan siapapun tanpa pandang bulu. Mereka ini dianggap memiliki kemampuan teknis dan magic yang sudah mumpuni.
  1. Arena dan perlengkapan.
Luas arena peresean disesuikan dengan besarnya tingkat kegiatan dengan perkiraan daya tampung penonton. Untuk arena laga dibutuhkan sekitar 12 m2 s/d 30 m2. Arena biasa dalam bentuk bujur sangkar atau persegi panjang. Secara hitungan magic arah ini kehadiran lawan dan posisi duduk para petarung bisa menentukan kemenangannya. Biasanya apabila satu group petarung hadir dalam arena, penasehat spiritualnya memberikan petunjuk dimana posisi mereka akan duduk pada Pepadunya.
Alat peresean terdiri dari :
  1. Tongkat rotang dengan diameter 2 cm – 2,5 cm. dengan panjang  110 cm. Rotang-rotang ini dibuat berpasangan dengan kreteria sama panjang, sama besar dan sama kuat. Untuk sekali pelaksanaan kegiatan biasanya para penyelenggara menyiapkan sekitar 10 – 15 pasang. Rotan-rotan peresean  tersebut dibentuk sedemikian rupa dengan lilitan benang kasur  pada pangkal , tengah dan ujungnya agar tidak licin dan memberi efek pada pukulan.
  2. Ende – atau tameng yang terbuat dari rangka kayu dan bambu dengan dilapisi kulit rusa atau kulit sapi betina. Ukuran ende biasanya 40 x 60 cm. Pada bagian tengah belakang diberikan alat pemegang dari kayu agar mudah di angkat dan digerakkan.
  1. Penjurian
Petugas dalam pertandingan disebut : Wasit dan Pekembar.
Wasit bertugas untuk memimpin pertarungan dan menentukan aturan permainan serta memberikan keputusan kalah dan menang.
Pekembar : adalah pembantu wasit untuk mencari tandingan antar petarung. Pekembar berasal dari kata “kembar” diberikan awalan pe yang bermakan orang yang menjadikan kembar atau seimbang.
Petarung dikatakan menang apabila salah satu dari mereka mengeluarkan darah dari kepalanya, yakni bagian dagu ke atas. Dan darah yang dimaksud adalah yang mengalir, jika hanya terluka biasa belum dikatakan kalah. Jika tiadak ada yang terluka diantara keduanya disebut dengan “sapih” atau draw.
Wasit dapat mengehentikan pertandingan, apabila :
    1. Kondisi salah satu pemain sudah nampak sangat lemah.
    2. Apa bila alat peresean terlepas sebanyak tiga kali.
    3. Salah satu pemain menyerah disebut “ Nge Cop “
    4. Busana pemain terlepas ( break) diberikan waktu untuk memasang kembali.
Lama permaian untuk kelas biasa 3 ronde untuk kelas Pepadu 5 ronde, masing-masing ronde sekitar 3 s/d  5 menit.
  1. Penyelenggaraan.
Penyelenggaraan kegiatan peresean di Lombok biasanya dihubungkan dengan kegiatan bersifat  ; tradisi ; misalnya ruwatan, ulang tahun kemerdekaan, dan event kepariwisatan.
Para penyelenggara bisa berbentuk kelompok / sanggar budaya, kepanitiaan yang dibentuk atas inisiatif  masyarakata dan pemerintah. Kegiatan ini saat ini sudah banyak didukung oleh berbagai sponsor dari perusahaan, biasanya perusahaan rokok, Dealer sepeda motor  dan telpon celluler.
Lama penyelenggarakan berlangsung dari 3 s/ 14 hari, pada masa lampau ada yang menyelenggarakannya sampai beberapa bulan berpindah  dari satu tempat ketempat yang lain. Waktu penyelenggaraan umumnya pada masa habis panen kedua sejak bulan Mei s/d Oktober. Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan jadwal dan lokasi yang sulit di perkirakan karena tergantung atas inisiatif dari masing lembaga maupun isntansi penyelenggara. Sampai saat ini belum ada asosiasi yang khusus menaunginya.

Pencak Silat

Istilah dalam Pencak Silat

Silat Betawi saat acara "Palang Pintu" dalam tradisi pernikahan Betawi, tengah memperagakan teknik kuncian melucuti golok.
  • Kuda-kuda: adalah posisi menapak kaki untuk memperkukuh posisi tubuh. Kuda-kuda yang kuat dan kukuh penting untuk mempertahankan posisi tubuh agar tidak mudah dijatuhkan. Kuda-kuda juga penting untuk menahan dorongan atau menjadi dasar titik tolak serangan (tendangan atau pukulan).
  • Sikap dan Gerak: Pencak silat ialah sistem yang terdiri atas sikap (posisi) dan gerak-gerik (pergerakan). Ketika seorang pesilat bergerak ketika bertarung, sikap dan gerakannya berubah mengikuti perubahan posisi lawan secara berkelanjutan. Segera setelah menemukan kelemahan pertahanan lawan, maka pesilat akan mencoba mengalahkan lawan dengan suatu serangan yang cepat.
  • Langkah: Ciri khas dari Silat adalah penggunaan langkah. Langkah ini penting di dalam permainan silat yang baik dan benar. Ada beberapa pola langkah yang dikenali, contohnya langkah tiga dan langkah empat.
  • Kembangan: adalah gerakan tangan dan sikap tubuh yang dilakukan sambil memperhatikan, mewaspadai gerak-gerik musuh, sekaligus mengintai celah pertahanan musuh. Kembangan utama biasanya dilakukan pada awal laga dan dapat bersifat mengantisipasi serangan atau mengelabui musuh. Seringkali gerakan kembangan silat menyerupai tarian atau dalam maenpo Sunda menyerupai ngibing (berjoget). Kembangan adalah salah satu bagian penilaian utama dalam seni pencak silat yang mengutamakan keindahan gerakan.
  • Buah: Pencak Silat memiliki macam yang banyak dari teknik bertahan dan menyerang. Secara tradisional istilah teknik ini dapat disamakan dengan buah. Pesilat biasa menggunakan tangan, siku, lengan, kaki, lutut dan telapak kaki dalam serangan. Teknik umum termasuk tendangan, pukulan, sandungan, sapuan, mengunci, melempar, menahan, mematahkan tulang sendi, dan lain-lain.
  • Jurus: pesilat berlatih dengan jurus-jurus. Jurus ialah rangkaian gerakan dasar untuk tubuh bagian atas dan bawah, yang digunakan sebagai panduan untuk menguasai penggunaan teknik-teknik lanjutan pencak silat (buah), saat dilakukan untuk berlatih secara tunggal atau berpasangan. Penggunaan langkah, atau gerakan kecil tubuh, mengajarkan penggunaan pengaturan kaki. Saat digabungkan, itulah Dasar Pasan, atau aliran seluruh tubuh.
  • Sapuan dan Guntingan: adalah salah satu jenis buah (teknik) menjatuhkan musuh dengan menyerang kuda-kuda musuh, yakni menendang dengan menyapu atau menjepit (menggunting) kaki musuh, sehingga musuh kehilangan keseimbangan dan jatuh.
  • Kuncian: adalah teknik untuk melumpuhkan lawan agar tidak berdaya, tidak dapat bergerak, atau untuk melucuti senjata musuh. Kuncian melibatkan gerakan menghindar, tipuan, dan gerakan cepat yang biasanya mengincar pergelangan tangan, lengan, leher, dagu, atau bahu musuh.

Aspek dan bentuk

Kesenian Randai dari Sumatera Barat memakai silek (silat) sebagai unsur tariannya.
Terdapat 4 aspek utama dalam pencak silat, yaitu:
  1. Aspek Mental Spiritual: Pencak silat membangun dan mengembangkan kepribadian dan karakter mulia seseorang. Para pendekar dan maha guru pencak silat zaman dahulu seringkali harus melewati tahapan semadi, tapa, atau aspek kebatinan lain untuk mencapai tingkat tertinggi keilmuannya.
  2. Aspek Seni Budaya: Budaya dan permainan "seni" pencak silat ialah salah satu aspek yang sangat penting. Istilah Pencak pada umumnya menggambarkan bentuk seni tarian pencak silat, dengan musik dan busana tradisional.
  3. Aspek Bela Diri: Kepercayaan dan ketekunan diri ialah sangat penting dalam menguasai ilmu bela diri dalam pencak silat. Istilah silat, cenderung menekankan pada aspek kemampuan teknis bela diri pencak silat.
  4. Aspek Olah Raga: Ini berarti bahwa aspek fisik dalam pencak silat ialah penting. Pesilat mencoba menyesuaikan pikiran dengan olah tubuh. Kompetisi ialah bagian aspek ini. Aspek olahraga meliputi pertandingan dan demonstrasi bentuk-bentuk jurus, baik untuk tunggal, ganda atau regu.
Bentuk pencak silat dan padepokannya (tempat berlatihnya) berbeda satu sama lain, sesuai dengan aspek-aspek yang ditekankan. Banyak aliran yang menemukan asalnya dari pengamatan atas perkelahian binatang liar. Silat-silat harimau dan monyet ialah contoh dari aliran-aliran tersebut. Adapula yang berpendapat bahwa aspek bela diri dan olahraga, baik fisik maupun pernapasan, adalah awal dari pengembangan silat. Aspek olah raga dan aspek bela diri inilah yang telah membuat pencak silat menjadi terkenal di Eropa.
Bagaimanapun, banyak yang berpendapat bahwa pokok-pokok dari pencak silat terhilangkan, atau dipermudah, saat pencak silat bergabung pada dunia olahraga. Oleh karena itu, sebagian praktisi silat tetap memfokuskan pada bentuk tradisional atau spiritual dari pencak silat, dan tidak mengikuti keanggotaan dan peraturan yang ditempuh oleh Persilat, sebagai organisasi pengatur pencak silat sedunia.

Senjata

Selain bertarung dengan tangan kosong, pencak silat juga mengenal berbagai macam senjata. antara lain:
  • Keris: sebuah senjata tikam berbentuk pisau kecil, sering dengan bilah bergelombang yang dibuat dengan melipat berbagai jenis logam bersama-sama dan kemudian cuci dalam asam.
  • Kujang: pisau khas Sunda
  • Samping/Linso: selendang kain sutera dipakai sekitar pinggang atau bahu, yang digunakan dalam penguncian teknik dan untuk pertahanan terhadap pisau.
  • Galah: tongkat yang terbuat dari kayu, baja atau bambu .
  • Cindai: kain, biasanya dipakai sebagai sarung atau dibungkus sebagai kepala gigi. Tradisional perempuan menutupi kepala mereka dengan kain yang dapat diubah menjadi cindai.
  • Tongkat/Toya: tongkat berjalan yang dibawa oleh orang tua, pengelana dan musafir.
  • Kipas: kipas lipat tradisional yang kerangkanya dapat terbuat dari kayu atau besi.
  • Kerambit/Kuku Machan: sebuah pisau berbentuk seperti cakar harimau yang bisa diselipkan di rambut perempuan.
  • Sabit/Clurit: sebuah sabit, biasa digunakan dalam pertanian, budidaya dan panen tanaman.
  • Sundang: sebuah ujung pedang ganda Bugis, sering berombak-berbilah
  • Rencong: belati Aceh yang sedikit melengkung
  • Tumbuk Lada: belati kecil yang juga sedikit melengkung mirip rencong, secara harfiah berarti "penghancur lada".
  • Gada: senjata tumpul yang terbuat dari baja.
  • Tombak: lembing yang terbuat dari bambu, baja atau kayu yang kadang-kadang memiliki bulu yang menempel di dekat pisau.
  • Parang/Golok: pedang pendek yang biasa digunakan dalam tugas sehari-hari seperti memotong saat menyisir hutan.
  • Trisula: tiga sula atau senjata bercabang tiga
  • Chabang/Cabang: trisula bergagang pendek, secara harfiah berarti "cabang".

Tingkat kemahiran

Secara ringkas, murid silat atau pesilat dibagi menjadi beberapa tahap atau tingkat kemahiran, yaitu:
  1. Pemula, diajari semua yang tahap dasar seperti kuda-kuda,teknik tendangan, pukulan, tangkisan, elakan,tangkapan, bantingan, olah tubuh, maupun rangkaian jurus dasar perguruan dan jurus standar IPSI
  2. Menengah, ditahap ini, pesilat lebih difokuskan pada aplikasi semua gerakan dasar, pemahaman, variasi, dan disini akan mulai terlihat minat dan bakat pesilat, dan akan disalurkan kepada masing-masing cabang, misalnya Olahraga & Seni Budaya.
  3. Pelatih, hasil dari kemampuan yang matang berdasarkan pengalaman di tahap pemula, dan menengah akan membuat pesilat melangkah ke tahap selanjutnya, di mana mereka akan diberikan teknik - teknik beladiri perguruan, di mana teknik ini hanya diberikan kepada orang yang memang dipercaya, dan mampu secara teknik maupun moral, karena biasanya teknik beladiri merupakan teknik tempur yang sangat efektif dalam melumpuhkan lawan / sangat mematikan .
  4. Pendekar, merupakan pesilat yang telah diakui oleh para sesepuh perguruan, mereka akan mewarisi ilmu-ilmu rahasia tingkat tinggi.

Tata tertib pencak silat

Sejalan dengan norma dan nilai budaya khususnya di Indonesia, terdapat beberapa peraturan yang harus diperhatikan dan dilakukan dengan saksama ketika berlatih pencak silat, di antaranya sebagai berikut.[6]
  • Upacara pembukaan latihan yang terdiri atas:
    • Menyiapkan barisan;
    • Berdoa dipimpin oleh pelatih;
    • Pembacaan "prasetya pesilat Indonesia"
    • Penghormatan kepada pelatih, dipimpin oleh pemimpin barisan.
  • Pemanasan
  • Latihan inti
  • Pendinginan
  • Upacara penutupan latihan diakhiri dengan penghormatan dan berjabat tangan.

Nilai positif pencak silat

Beberapa nilai positif yang diperoleh dalam olahraga beladiri pencak silat adalah:[2]
  1. Kesehatan dan kebugaran;
  2. Membangkitkan rasa percaya diri;
  3. Melatih ketahanan mental;
  4. Mengembangkan kewaspadaan diri yang tinggi;
  5. Membina sportifitas dan jiwa kesatria;
  6. Disiplin dan keuletan yang lebih tinggi.

Pencak silat di dunia

Pesilat Vietnam memperagakan permainan golok.
Pencak Silat telah berkembang pesat selama abad ke-20 dan telah menjadi olahraga kompetisi di bawah penguasaan dan peraturan Persilat (Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa, atau The International Pencak Silat Federation). Pencak silat sedang dipromosikan oleh Persilat di beberapa negara di seluruh 5 benua, dengan tujuan membuat pencak silat menjadi olahraga Olimpiade. Persilat mempromosikan Pencak Silat sebagai kompetisi olahraga internasional. Hanya anggota yang diakui Persilat yang diizinkan berpartisipasi pada kompetisi internasional.
Kini, beberapa federasi pencak silat nasional Eropa bersama dengan Persilat telah mendirikan Federasi Pencak Silat Eropa. Pada 1986 Kejuaraan Dunia Pencak Silat pertama di luar Asia, mengambil tempat di Wina, Austria.
Pencak silat pertama kali diperkenalkan dan dipertandingan dalam Pesta Olahraga Asia Tenggara (SEA Games) ke-14 tahun 1987 di Jakarta. Hingga kini cabang olahraga pencak silat rutin dipertandingkan dalam SEA Games. Pada tahun 2002 Pencak Silat diperkenalkan sebagai bagian program pertunjukan di Asian Games di Busan, Korea Selatan untuk pertama kalinya. Kejuaraan Dunia terakhir ialah pada 2010 mengambil tempat di Jakarta, Indonesia pada Desember 2010.
Selain dari upaya Persilat yang membuat pencak silat sebagai pertandingan olahraga, masih ada banyak aliran-aliran tua tradisional yang mengembangkan pencak silat dengan nama Silek dan Silat di berbagai belahan dunia. Diperkirakan ada ratusan aliran (gaya) dan ribuan perguruan.

Padepokan pencak silat Indonesia

Pintu Gerbang Padepokan Pencak Silat
Gelanggang utama Padepokan Pencak Silat
Padepokan adalah istilah Jawa yang berarti sebuah kompleks perumahan dengan areal cukup luas yang disediakan untuk belajar dan mengajar pengetahuan dan keterampilan tertentu.
Padepokan Pencak Silat Indonesia (PnPSI).[11] adalah padepokan berskala nasional dan internasional yang berlokasi diatas lahan yang luasnya sekitar 5,2 hektare di kompleks Taman Mini Indonesia Indah. Luas total bangunannya sekitar 8.700 m2 dan luas total selasar-selasarnya sekitar 5.000 m2. Padepokan ini secara resmi dibuka oleh Presiden Soeharto pada tanggal 20 April 1997.
Padepokan Pencak Silat Indonesia mempunyai sekurang-kurangnya 5 fungsi, yakni :
  1. Sebagai pusat informasi, pendidikan, penyajian dan promosi berbagai hal yang menyangkut Pencak Silat.
  2. Sebagai pusat berbagai kegiatan yang berhubungan dengan upaya pelestarian, pengembangan, penyebaran dan peningkatan citra Pencak Silat dan nilai-nilainya.
  3. Sebagai sarana untuk memperkukuh persatuan dan kesatuan masyarakat Pencak Silat Indonesia.
  4. Sebagai sarana untuk mempererat persahabatan di antara masyarakat Pencak Silat di berbagai negara.
  5. Sebagai sarana untuk memasyarakatkan 2 kode etik manusia Pencak Silat, yakni : Prasetya Pesilat Indonesia dan Ikrar Pesilat.

Aliran dan perguruan di Indonesia

Terdapat beraneka ragam aliran pencak silat yang berkembang di Indonesia selama berabad-abad, dan tiap aliran ini bercabang-cabang lagi menjadi banyak perguruan. . Berikut ini adalah beberapa aliran dan perguruan pencak silat:
  • Silek Harimau Minangkabau — adalah aliran silek (Silat Minangkabau), seni beladiri yang dimiliki oleh masyarakat Minangkabau, Sumatera Barat, Indonesia yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Masyarakat Minangkabau memiliki budaya merantau semenjak beratus-ratus tahun yang lampau.
  • Silat Cimande — adalah aliran maenpo (pencak silat Sunda) di daerah Tari Kolot, Cimande, Bogor, Jawa Barat. Cimande adalah sebuah aliran pencak silat yang tergolong tua, besar, terkenal dan memiliki pengaruh pada aliran lainnya di pulau Jawa.[12] Cimande memiliki lima aspek yaitu aspek olahraga, seni budaya/tradisi, beladiri, spiritual dan pengobatan. Aspek terakhir yaitu pengobatan termasuk pijat/ atau urut gaya Cimande dan pengobatan patah tulang.
  • Silat Nampon - merupakan penca silat dari almarhum Uwa Nampon (lahir 1888 di Ciamis, meninggal 1962 di Padalarang - Jawa Barat). Sejak tahun 1932, uwa Nampon mengajarkan ilmu silat ini kepada para pejuang kemerdekaan, termasuk Bung Karno, Sutan Syahrir, dll. Berlainan dgn jurus penca silat lain, Aliran Alm Nampon berpusat didada sehingga gerak ditangan serasa kosong.Berorientasi pada kesamaan gerak. Dari seluruh organ anggota tubuh tangan kaki, dada. Tenaga otot dipusatkan di Otot dada dan walikat, dan gerak diakhiri dengan kesamaan tindak laku otot didada tangan kaki sabet digabreg. Dengan dasar yang khas inilah Jurus khas ini akhirnya dikenal dengan sebutan Jurus Gebreg (Singkatan dari gerakan Regenerasi Bersama). Karena terkenal dengan gaya Penca Silat yang khas dan baru, muncul berbagai sebutan. Ada yang menamakan Ulin nampon, ada juga yang menamakannya Stroom, Timbangan, Spierkracht/tenaga dalam. Nama Spierkracht saat itu banyak dikenal sampai ke Jateng, Jatim sebagai nama penca silat ciptaan Alm Nampon.
  • Merpati Putih — merupakan pencak silat yang berkembang dari tradisi Jawa sejak tahun 1550. Sang Guru Merpati Putiih adalah Bapak Saring Hadi Poernomo, sedangkan pendiri Perguruan dan Guru Besar sekaligus pewaris ilmu adalah Purwoto Hadi Purnomo (Mas Poeng) dan Budi Santoso Hadi Purnomo (Mas Budi) sebagai Guru Besar terakhir yaitu generasi ke sebelas. Didirikan pada tanggal 2 April 1963 di Yogyakarta, mempunyai kurang lebih 85 cabang dalam negeri dan 4 cabang luar negeri dengan jumlah kelompok latihan sebanyak 415 buah (1993) yang tersebar di seluruh Nusantara dan saat ini mempunyai anggota sebanyak kurang lebih dua setengah juta orang lulusan serta yang masih aktif sekitar 100 ribu orang dan tersebar di seluruh Indonesia. Pencak silat Merpati Putih dikenal dengan Beladiri Tangan Kosong (Betako).
  • Tapak Suci Putera Muhammadiyah—merupakan aliran pencak silat yang didirikan pada tanggal 31 Juli 1963 oleh para Pendekar Perguruan Kauman yang berpusat di Yogyakarta. Tapak Suci merupakan kelangsungan dari Perguruan Kauman yang didirikan pada tahun 1925
  • Bakti Negara — adalah aliran dan perguruan pencak silat Bali yang berpedoman pada ajaran Hindu Dharma masyarakat Bali Tri Hita Karana. Bakti Negara dibentuk pada 31 Januari 1955 di Banjar Kaliungu Kaja, Denpasar, Bali oleh empat pendekar mantan pejuang kemerdekaan Indonesia: pendekar Anak Agung Rai Tokir, I Bagus Made Rai Keplag, Anak Agung Meranggi, Sri Empu Dwi Tantra, dan Ida Bagus Oka Dewangkara.[13]
  • Perguruan Pencak Silat Nasional Asad (Persinas ASAD) — berdiri pada tanggal 30 April 1993 berpusat di Jakarta, telah berkembang pesat dan banyak menjuarai perlombaan baik provinsi, nasional, bahkan internasional. Prestasi Dunia Persinas Asad yang mewakili Indonesia meraih prestasi membanggakan di Festival Beladiri Dunia Chungju World Martial Arts Festival di Chungju Korea Selatan.
  • Silat Pangean — merupakan sebuah seni bela diri dari Riau yang lahir dan dipopulerkan secara turun temurun oleh guru-guru besar silat pangean, yang biasa dikenal dengan Induak Barompek zaman dahulu.
  • Himpunan Anggota Silat Dasar Indonesia (HASDI) — didirikan oleh Bapak RS. Hasdijatmiko pada tahun 1961, yang berpusat di Jember Jawa Timur, merupakan perguruan silat yang mengembangkan tekhnik gerak silat cepat dan lugas.
  • Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT)[14] — didirikan oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo di indonesia tepatnya Desa Pilangbango, Kecamatan Kartoharjo,Madiun pada tahun 1922, merupakan perguruan silat yang mengajarkan kesetiaan pada hati sanubari sendiri yang bersandarkan pada Tuhan Yang Maha Esa. Perguruan ini mengutamakan persaudaraan dan berbentuk sebuah organisasi.
  • Silat Perisai Diri[15] — teknik silat Indonesia yang diciptakan oleh Pak Dirdjo (mendapat penghargaan pemerintah sebagai Pendekar Purna Utama) yang pernah mempelajari lebih dari 150 aliran silat nusantara dan mempelajari aliran kungfu siauw liem sie (shaolin) selama 13 tahun. Teknik praktis dan efektif berdasar pada elakan yang sulit ditangkap dan serangan perlawanan kekuatan maksimum. Saat ini merupakan silat yang paling dikenal dan banyak anggotanya di Australia, Eropa, Jepang dan Amerika Serikat.
  • Silat Riksa Budi Kiwari — Perguruan ini didirikan oleh Pak Ujang Jayadiman pada tahun 1982 di Bandung. Meskipun usia perguruan ini tergolong masih muda,namun telah mencetak banyak atlet-atlet berprestasi baik di tingkat Nasional maupun Internasional.
  • Silat Tunggal Hati Seminari- Tunggal Hati Maria —organisasi pencak silat bernapaskan agama Katolik, didirikan oleh 7 dewan pendiri, termasuk Rm. Hadi,Pr. dan Rm. Sandharma Akbar,Pr.
  • Pencak Silat Siwah — aliran silat asli yang berasal dari daerah Aceh yang memadukan empat aliran asli Aceh yaitu dari Peureulak dan Aceh Besar (Keudee Bing - Lhok Nga)
  • Pencak Silat Bajing Kiring - Perguruan ini didirikan oleh Pak H. Cece pada tahun 1980-an di Kecamatan Cikampek Kabupaten Karawang Provinsi Jawa Barat. Sekarang dilestarikan oleh penerusnya Pak Encep.
  • Pencak Silat Tadjimalela - Perguruan ini didirikan oleh Raden Djajat Koesoemah Dinata pada tanggal 4 agustus 1974. PS Tadjimalela memfokuskan pada tiga potensi untuk dikembangkan, yaitu olah pikir, olah gerak, dan olah rasa dalam rangka memaknai kehidupan sehingga terciptanya hubungan yang harmonis sesama makhluk hidup, alam, dan Tuhan.
  • Pencak Silat Madu Bunga Mayang - Perguruan ini lebih menunjang Akidah Agama dan mementingkan jurus yang membuatnya lebih mematikan dan berasal dari Lampung yang mempunyai kelebihan dalam jurus nya. Silat ini di kembangkan oleh CIk Aman dan dikembangkan lagi oleh Mangku Alam dan Ratu Bangsawan yang bertepatan di rumah Mangku Alam sendiri dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia di Pulau Pulau Sumatera, Kalimantan,
  • Pencak Silat Perguruan Walet Puti - Berawal dari kegemaran berkelana, merantau dari satu kota ke kota lain, dari dusun ke dusun, bahkan ke luar masuk hutan belantara, kesemuanya untuk mencari dan menimba pengalaman hidup.Suatu ketika, timbul dan muncul inspirasi gagasan untuk menciptakan suatu keahlian yang sudah lama ada di negeri dan alam kita yaitu seni beladiri berupakan Silat atau Pencak Silat.Dengan dibekali niat dan kemauan yang keras serta dibantu dengan pengalaman yang sudah ada, maka dibentuk dan diciptakan suatu keahlian beladiri silat yang kemudian dinamakan : "WARISAN LELUHUR TUNGGAL PUSAKA TRADISIONAL INDONESIA" atau disingkat dengan nama "PERGURUAN SILAT WALET PUTI".
  • Silat Perisai Putih - berdiri sejak 1 Januari 1967 yang berpusat di Surabaya dan didirikan oleh Guru Besar yang bernama R. Achmad Boestami Barasoebrata. Ia adalah putra kelahiran Sumenep Madura pada tanggal 4 Desember 1939 yang akrab di sebut dengan Bpk Boestam dan merupakan putra ke 3 dari sembilan bersaudara. Keilmuan ia berasal dari kakeknya Kyai Agus Salim atau dikenal dengan sebutan Ki Lamet. Dengan mengembangkan dan mempelajari Ilmu Pencak Silat dari seluruh aliran di nusantara serta beladiri asing yang masuk ke Indonesia maka ia mendirikan Sekolah Beladiri Tanpa Senjata YIUSIKA PERISAI PUTIH. Bapak R. Achmad Boestami Barasoebrata wafat di Surabaya pada tanggal 27 Desember 1987 di usia 48 tahun dan dimakamkan di Surabaya. Hingga saat ini PSN Perisai Putih yang berdiri dan berpusat di Surabaya telah mempunyai banyak cabang dan ranting di beberapa kota di Indonesia dan manca negara seperti Belanda.
  • IPS Nur Haris pada tanggal 7 Mei 1972 di Surabaya, yang didirikan oleh Drs. H. M. Atho’illah Iskandar. Nama Nur Harias mempunyai arti yaitu, NUR = cahaya dan HARIAS = padi unggul yang memakai prinsip padi yakni semakin berisi semakin merunduk. Tujuan awal didirikanya Nur Harias adalah pengemembangan islam melalui pencak silat (syiar). (1) Membentuk warga Nur Harias menjadi warga negara indonesia yang bertaqwa, sanggup membela diri, (2) Mempertahankan eksistensinya, masarakat, bangsa dan negara Indonesia. Memberi Tuntunan, haluan, dan pedoman hidup kepada warga Nur Harias melalui pencak silat, menuntun peri kehidupan gotong-royong, berbudi daya religius dan relevan dengan kehidupan sehari-hari, (3) Berpartisipasi dalam usaha-usaha Ikatan Pencak sialt Indonesia yang sesuai dan sejalan dengan asas dan tujuanya, (4) Membentuk pesilat yang tangguh dan berprestasi

Gasing

Gasing, Permainan Tradisional Melayu

Seperti permainan tradisional lainnya, permainan gasing popularitasnya mulai meredup tergerus oleh pengaruh modernisasi. Menjamurnya aneka permainan modern dan game online membuat anak-anak tidak lagi melirik permainan ini. Padahal, gasing pernah menjadi permainan populer dan sangat di gemari di tengah-tengah masyarakat melayu.

Gasing merupakan permainan tradisional yang cukup populer di kalangan masyarakat melayu Riau. Gasing sebenarnya adalah nama alat atau mainan yang digunakan untuk permainan ini. Yaitu sebuah benda yang bisa berputar pada poros dan memiliki satu titik keseimbangan. Untuk bisa berputar, mainan gasing diputar cepat terlebih dahulu dengan bantuan tali khusus.

Mainan gasing terbuat dari kayu keras. Biasanya kayu yang dipilih untuk membuat gasing adalah kayu kemuning, merbau, rambai, dan durian. Potongan kayu ini kemudian dikikis dan dibentuk sehingga membentuk seperti gasing. Agar bisa diputar, gasing membutuhkan bantuan tali untuk memutar dengan cepat. Tali gasing dipilih tali yang kuat dan tidak mudah putus. Ukuran tali gasing bervariasi, tergantung ukuran tangan pemakainya. Biasanya panjang tali yang digunakan adalah 1 meter.


Gambar 1. Mainan Gasing

Sejarah Penyebaran Gasing

Meski diakui sebagai salah satu permainan tradisional nusantara, namun sejarah penyebaran gasing di nusantara belum dikenali secara pasti. Konon, permainan tradisional ini sudah dikenal di Pulau Natuna jauh sebelum masa penjajahan Belanda. Sementara di daerah Sulawesi Selatan, gasing baru dikenal pada kisaran tahun 1930-an.

Gasing merupakan permainan yang akrab dengan kaum laki-laki. Biasa dimainkan oleh anak-anak, remaja hingga dewasa. Biasanya, masyarakat di pedesaan memainkan permainan ini di halaman rumah yang luas, bertanah keras dan datar. Permainan bisa dilakukan dalam bentuk perorangan maupun antar group. Jumlah pemain bervariasi, tergantung kondisi dan kebiasaan di daerah masing-masing.

Saat ini, popularitas permainan gasing memang sudah mulai meredup tergerus oleh gelombang modernisasi. Biasanya permainan ini masih bisa ditemukan di daerah pedesaan. Terutama pada perayaan hari-hari besar keagamaan dan tujuh belasan. Pada momen ini biasanya permainan gasing diperlombakan untuk memeriahkan perayaan hari-hari besar keagamaan, seperti perayaan tahun baru Islam, Idul Fitri dan hari besar kebangsaan seperti tujuh belasan..

Cara Bermain Gasing

Cara memainkan gasing ini tidak terlalu sulit. Pertama; tali dililit hingga habis pada gasing. Ujung tali yang dibuat simpulan diselipkan pada salah satu jari tangan kanan agar tidak lepas saat melempar gasing. Pegang gasing yang sudah dililit dengan tali tersebut dengan tangan kanan. Kemudian lemparkan dengan gerakan memutar ke tanah. Gasing akan terlepas dari lilitan tali dan terlempar dengan gerakan berputar ke tanah. Jika cara melemparnya benar, di tanah gasing akan berputar pada satu poros dan bertumpu pada satu titik keseimbangan.

Olahraga Tradisional

OLAHRAGA TRADISIONAL
 

        Olahraga asli dari berbagai daerah di Indonesia, mungkin belum terkenal di tingkat nasional, tapi pasti anda ada yang tahu olahraga tradisional yang berasal dari daerah anda yang cukup popular di daerah asalnya. Khazanah budaya bangsa yang sebaiknya tetap diperhatikan dan dibina sebelum habis punah dilanda oleh arus globalisasi, terutamaoleh permainan erra digital dengan menggunakan perangkat komputer.

Beberapa jenis olahraga tradisional:
•    Bakiak
•    Benteng
•    Congklak/Dakon
•    Dagongan
•    Egrang
•    Galah Asin
•    Gasing
•    Langga
•    Karapan Sapi
•    Main Hadang
•    Manggurebe
•    Maunti
•    Pacu Jalur
•    Pathol
•    Pencak Silat
•    Perahu Naga
•    Perisaian
•    Patok Lele
•    Sampyong
•    Sebanting
•    Sepak Takraw
•    Serimbang
•    Zawo-zawo
•    Geudeu-geudeu

Manfaat Olahraga
       Olahraga sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Dengan berolahraga metabolisme tubuh menjadi lancar sehingga distribusi dan penyerapan nutrisi dalam tubuh menjadi lebih efektif dan efisien.

BAKIAK

Permainan Tradisional 'Bakiak'

SEKILAS TENTANG BAKIAK

Bakiak adalah salah satu permainan tradisional. Bahannya dibuat dari kayu panjang seperti seluncur es yang sudah dihaluskan (diamplas, red:banjar) dan diberi beberapa selop diatasnya, biasanya untuk 2-3 orang. Memainkan bakiak biasanya secara berkelompok atau tim, yang masing-masing tim berlomba untuk sampai ke finish. Permainan ini menguji ketangkasan, kepemimpinan, kerja sama, kreatifitas, wawasan serta kejujuran.


SEJARAH BAKIAK
"Bakiak" sebenarnya permainan tradisional anak-anak di Sumatera Barat. Anak-anak dari Sumatera Barat yang dilahirkan hingga pertengahan tahun 1970-an, sering dan biasa memainkan bakiak atau terompah panjang ini. Bakiak panjang atau yang sering disebut terompa galuak di Sumatera Barat adalah terompah deret dari papan bertali karet yang panjang. Sepasang 'bakiak' minimal memiliki tiga pasang sandal atau dimainkan tiga anak. Biasanya juga untuk diperlombakan di tingkat kecamatan dan kelurahan pada 17 Agustusan.
Berbeda halnya dengan daerah Sumatera Barat. Bakiak merupakan sebutan di Jawa Tengah untuk sejenis sandal yang telapaknya terbuat dari kayu yang ringan dengan pengikat kaki terbuat dari ban bekas yang dipaku dikedua sisinya. Di Jawa Timur dikenal dengan sebutan Bangkiak. Sangat populer karena murah terutama dimasa ekonomi susah sedangkan dengan bahan kayu dan ban bekas membuat bakiak tahan air serta suhu panas dan dingin. Diperkirakan bakiak diinspirasikan oleh Jepang yang sudah memakai telapak kayu untuk Geisha-Geisha.
Geisha (bahasa Jepang:芸者 "seniman") adalah seniman-penghibur (entertainer) tradisional Jepang. Kata geiko digunakan di Kyoto untuk mengacu kepada individu tersebut. Geisha sangat umum pada abad ke-18 dan abad ke-19, dan masih ada sampai sekarang ini, walaupun jumlahnya tidak banyak. "Geisha," yang dilafalkan dalam bahasa Inggris:/ˈgeɪ ʃa/ ("gei-" - "may"). Di Kansai, istilah "geiko" (芸妓) dan geisha pemula "maiko" (舞妓) yang digunakan sejak Restorasi Meiji. Istilah "maiko" hanya digunakan di distrik Kyoto. Pengucapan ˈgi ʃa ("gei-" - "key") atau "gadis geisha" umum digunakan pada masa pendudukan Amerika Serikat di Jepang, mengandung konotasi prostitusi. Di Republik Rakyat Cina, kata yang digunakan adalah "yi ji," yang pengucapannya mirip dengan "ji" dalam bahasa Mandarin yang berarti prostitusi. Geisha belajar banyak bentuk seni dalam hidup mereka, tidak hanya untuk menghibur pelanggan tetapi juga untuk kehidupan mereka. Rumah-rumah geisha ("Okiya") membawa gadis-gadis yang kebanyakan berasal dari keluarga miskin dan kemudian melatih mereka. Semasa kanak-kanak, geisha seringkali bekerja sebagai pembantu, kemudian sebagai geisha pemula (maiko) selama masa pelatihan. Berikut adalah gambar alas kaki yang sering digunakan Geisha-Geisha Jepang.

MODIFIKASI BAKIAK YAITU BAKIAK TALI
Bakiak biasanya berupa kayu panjang mirip seluncur yang diberi beberapa selop, akan tetapi kali ini akan diberikan sesuatu yang sedikit berbeda yaitu bakiak tali. Dimana untuk selop tersebut digantikan dengan tali, yang panjangnya diperkirakan sampai ke tangan (sebagai pegangan). Berikut adalah cara pengolahan alat bakiak tali.
Bahan:
• 2 buah Kayu panjang dan tebal
• 1 gulungan tali tambang ukuran kecil
• 12 buah paku ukuran kecil
• Beberapa kaleng kecil cat warna warni
Alat:
• Palu
• Gunting
• Gergaji
• Mesin kataman (red,Banjar)
• Kuas untuk mencat
• Mistar ukur
• Pensil
Cara membuat bakiak tali
1. Pembuatan Papan
• 2 buah kayu panjang dan lebar diukur dengan mistar dan diberikan tanda dengan pensil, dengan perkiraan panjang 1,5 m dan lebar 15 cm.
• 2 buah kayu yang sudah diberikan tanda dengan pensil tadi, dipotong dengan menggunakan gergaji sehingga membentuk seperti papan seluncur.
• Setelah 2 buah papan terbentuk, maka haluskan dengan menggunakan mesin kataman (red,Banjar). Hal ini dimaksudkan agar papan menjadi halus sehingga tidak menciderai atau mengakibatkan kesuban (red, Banjar).
2. Pembuatan Tali
• Tali yang sudah disediakan diukur dengan menggunakan penggaris sepanjang +/- 1,5 m, kemudian potong dengan gunting.
• Kemudian lakukan hal yang sama berturut-turut hingga menghasilkan tali sebanyak 6 buah.
3. Pembuatan Bakiak Tali
• 1 buah papan yang sudah jadi tadi, diletakkan 3 tali disisinya dan berikan berikan masing-masing jarak +/- 35 cm.
• Untuk menancapkan tali pada papan, perhatikan cara berikut:
 Untuk merekatkan tali pada sisi papan, diberi paku di atasnya. Dan untuk memastikan tali menancap dengan kuat, belokkan lagi paku ke arah sisi papan sehingga tali terkunci dengan paku.
 Lakukan hal yang sama pada sisi yang berlawanan.
 Tali akan terbentuk seperti tali kendali pada kuda.
• Lakukan hal yang tadi pada kedua sisa tali, dengan jarak yang sudah ditentukan sebelumnya.
• Untuk fisnishing, pada papan bisa dikreasikan dengan cat warna sehingga papan berkesan lebih menarik.
• Lakukan pembuatan bakiak tali pada papan satunya sampai ke tahap finishing, sehingga menjadi sepasang layaknya sandal.
• Bakiak tali siap untuk digunakan.
• Selamat mencoba 

Cara Pakai Bakiak Tali
 Bakiak dipakai layaknya alas kaki oleh 3 orang pemain (dalam 1 grup)
 Letakkan masing-masing kaki dibawah tali, kemudian tali yang panjang dijadikan pegangan (seperti naik kuda).
 Untuk dapat melangkah, tali di bagian tangan kiri dan kaki kiri harus secara bersamaan diangkat untuk bisa melangkahkan kaki kiri, begitu juga sebaliknya dengan melangkahkan kaki kanan. Apa bila tali tidak diangkat, maka tidak akan bisa melangkah. Agar dapat berjalan cepat dan tidak terjatuh, diperlukan kekompakan antara pemain dalam satu grup. Supaya grup tetap kompak, para pemain sepakat mulai mengangkat kaki kanan tau kiri dulu. Selanjutnya, mereka akan berjalan sambil memberi komando pada langkah mereka: “Kanan! Kiri! Kanan! Kiri!....”
 Begitulah selanjutnya sampai ke garis finish.
 Grup mana yang lebih cepat, maka merekalah pemenangnya.
 Selamat bermain 

dibawah ini adalah foto ketika persiapan perlombaan bakiak di MAN 2 Kandangan, hahay...

Permainan Congklak

Permainan Congklak / Dakon

permainan dakon congklak
permainan dakon congklak
Congklak atau Dakon adalah permainan sederhana yang mengasah daya nalar anak. Uniknya game ini melatih jiwa dagang anak, dan ketajaman berpikir buat ngambil keuntungan. Pada umumnya papan Dakon terbuat dari kayu dan plastik dan sejenis cangkang kerang yang digunakan sebagai biji Dakon dan jika tidak ada, kadangkala juga digunakan biji-bijian dari tumbuh-tumbuhan.
Permainan Dakon atau dakon ini menggunakan papan permainan yang memiliki 14 lubang dan 2 lubang besar yang berada di ujung kiri dan kanan. Setiap 7 lobang kecil di sisi pemain dan lobang besar di sisi kananya dianggap sebagai milik sang pemain. Permainan ini hanya bisa dimainkan oleh 2 orang.
Cara bermai Dakon awalnya setiap lubang kecil diisi dengan tujuh buah biji. Salah seorang yang memulai (biasanya melakukan suite untuk menentukan siapa yang lebih dulu) dapat memilih lobang yang akan diambil dan meletakkan satu ke tiap-tiap lubang di sebelah kanannya dan seterusnya. Bila biji habis di lubang kecil yang berisi biji lainnya, ia dapat mengambil biji-biji tersebut dan melanjutkan mengisi, bila habis di lubang besar miliknya maka ia mendapatkan kesempatan khusus dengan memilih lobang kecil di sisinya. Bila ternyata habis di lubang kecil di sisinya maka ia berhenti dan mengambil seluruh biji di sisi yang berhadapan. Tetapi bila berhenti di lubang kosong di sisi lawan maka ia berhenti dan tidak mendapatkan apa-apa.
Permainan dianggap selesai apabila salah satu pemain sudah tidak ada biji lagi yang dapat diambil (seluruh biji ada di lobang besar disisi kanan dan kiri pemain). Pemenang ditentukan dengan yang mendapatkan biji terbanyak.

Olahraga Tradisional Patok Lele

Permainan Tradisional Patok Lele

Apakah anda masih mendengar nama permainan ini ? Atau apakah anda belum mengenal permainan ini sama sekali ? Apabila anda adalah orang yang lahir di tahun 90an anda akan mengenal permainan yang bernama patok lele. Patok lele dimainkan dari kalangan anak-anak, remaja, sampai orang tua karena orang yang menonton permainan ini juga banyak di zaman dulu. Umumnya permainan ini dimainkan di sore hari karena saat sore orang banyak yang memiliki waktu senggang di zaman dulu sehingga yang bermain dan yang menonton permainan ini cukup ramai.

Asal Permainan

Patok lele sudah ada di zaman nenek moyang kita dan permainan ini populer di tahun 1900an tetapi tempat ditemukannya permainan ini belum diketahui kepastiannya, sebagian orang mengatakan dari Lampung, Sumatera Utara, Yogyakarta, dan Jawa Tengah. Tetapi pastinya permainan ini sudah menyebar hampir di seluruh Indonesia.


Gambar 1. Anak-Anak yang Sedang Bermain Patok Lele

Peralatan dan Fasilitan Permainan
  1. Lapangan bermain sekitar 20 x 20 meter dan pemain yang dibutuhkan sekitar 4-8 orang.
  2. Kayu berbentuk silinder dengan panjang 40-50 cm dengan diameter kurang lebih 2-4 cm 1 buah dan kayu berbentuk silinder dengan panjang 15-20 cm dengan diameter kurang lebih 1,5-3cm 1 buah.
  3. Di pinggir lapangan dibuat lubang yang memanjang dengan ukuran 10 x 4 cm dengan kedalaman 4 cm.


Gambar 2. Induk dan Anak Patok Lele

Peraturan dan Cara Bermain

  1. Tongkat kayu yang lebih pendek diletakkan melintag di atas lubang yang di pinggir lapangan lalu dengan menggunakan tongkat kayu yang panjang untuk mengungkit tongkat kayu kecil sejauh mungkin.
  2. Apabila tongkat kayu yang diungkit tertangkap oleh pemain lain, maka giliran pemain yang mengungkit tadi habis tapi jika tidak kena atau tertangkap lawan, anak patok lele akan dilemparkan ke induknya (pengungkit) jika kena maka gilirannya habis atau diganti dengan pemain yang lain.
  3. Pemain harus berdiri di belakang garis, tongkat pengungkit memukul tongkat yang pendek dengan melambungkan nya ke udara sendiri.
  4. Tongkat pendek dilemparkan kembali oleh lawan dan pemain harus bisa mengenai tongkat pendek yang dilempar. Apabila kena langsung dihitung nilainya.
  5. Anak patok lele ditaruh ke dalam lubang dalam posisi tertidur kemudian pukul dengan tongkat panjang sampai memantul ke atas lalu dipukul ke arah horizontal seajuh mungkin.
  6. Apabila pemukul dapat dapt melakukan pukulan sempurna sebanyak 2 kali, maka nilainya dikalikan dua kali lipat. Tapi jika anak patok tertangkap lawan maka semua nilai yang dihasilkan diambil oleh tim lawan.
  7. Apabila selama permainan anak patok lele tertangkap, lalu lawan ditangkap dengan menggunakan dua tangan dapat nilai 10 dan apabila ditangkap dengan menggunakan satu tangan memperoleh nilai 50.
  8. Nilai dihitung menurut jarak antara anak patok lele yang jatuh dengan lubang awal dan diukur dengan tongkat yang panjang.

Permainan ini sudah jarang ditemukan karena di zaman sekarang anak-anak lebih tertarik kepada permainan online dan permainan melalui konsol-konsol modern. Anak-anak zaman sekarang sudah tidak mau merasakan kesenangan langsung yang dialami melalui kebersamaan dalam permainan terbuka ini, sangat disayangkan melihat kenyataan di masyarakat sekarang. Tetapi di beberapa daerah kecil maupun besar seperti di pedesaan Jawa tengah dan Sumatera Utara permainan ini masih sangat digemari karena orang tua di desa-desa tersebut tidak mau membiarkan kalangan muda sekarang lupa terhadap permainan yang menyenangkan ini. Esensi yang diberikan adalah agar anak-anak zaman sekarang tidak mudah untuk melupakan sejarah mulai dari hal yaang kecil seperti permainan tradisional.

Olahraga Tradisional Langga

Olah raga bela diri tradisional "LANGGA" Gorontalo

02 Oktober 2015
05:51:52 WIB
Indonesia memiliki kekayaan kultural yang beragam. Setiap kultur, etnis, suku dan agama memiliki ekspresi dan cara pengungkapannya masing-masing. Salah satu ekspresi itu tercermin pada olahraga tradisional yang hidup dan berkembang subur pada setiap daerah. Olahraga tradisional yang berkembang di masyarakat bukan hanya sebatas permainan, tetapi mengandung nilai-nilai luhur yang dapat dijadikan pelajaran. Selain itu, kekuatan magis dan olah seni pun melengkapi eksistensi olahraga tradisional. Keunikan olahraga tradisional menambah warna kekayaan budaya kita yang beragam dan majemuk. Beberapa contoh olahraga tradisional Gorontalo antara lain, Langga,Tongkobe, Tolode.
Olahraga tradisional Gorontalo yang beragam ini kini kondisinya memperihatinkan, karena posisinya telah tergantikan oleh berbagai permainan canggih dan bersifat otomatis serta digital. Anak-anak dan pemuda Gorontalo kini memiliki kecenderungan kurang mengenal olahraga tradisional Gorontalo. Padahal olahraga tradisional bisa menjadi modal bagi ketahanan budaya menghadapi serbuan budaya global. Olahraga tradisional bisa dijadikan perisai atau jati diri bangsa dalam pentas global. Selain itu, juga memiliki dimensi lain, yakni potensi bagi upaya untuk mendukung pariwisata. Keunikan olahraga tradisional akan dapat menarik minat banyak wisatawan mancanegara untuk datang ke Gorontalo. Hal ini dapat berdampak ekonomis terutama bagi masyarakat dan daerah Gorontalo. Selain itu, olahraga ini berdampak positif bagi terwujudnya masyarakat yang bugar, tegar dan memiliki sportifitas tinggi.
Salah satu peninggalan kebudayaan yang  berkembangan di masyarakat Gorontalo adalah seni beladiri tradisional  Langga. Beladiri Langga adalah salah satu seni beladiri yang berkembang dimasyarakat Gorontalo pada masa kerajaan dengan mengalami masa ke emasan pada pasca kemerdekaan Gorontalo pada tahun 1942. dalam perkembagannya olahraga Beladiri Langga menjadi perwujudan dari ketangguhan dari pejuang-pejuang masyarakat Gorontalo ketika menghadapi kaum penjajah bangsa Belanda dan Jepang.
Seni beladiri tradisional  Langga  Gorontalo ada dua jenis yakni Langga BuA dan Langga LaI. Diliat dalam struktur gerak dan tradisi sama, yang membedakan adalah pada karakternya yakni Langga bu’a lebih agresif dalam menantang lawan, ditandai dengan tidak lagi menghormati kepada lawannya. Sedangkan langga La’I lebih tenang terhadap lawan, tapi memiliki ke waspadaan tinggi dan kewibawaan, kadangkanlah dengan langga la’I salah satu lawan akan takluk tanpa perlawanan.
Pada prinsipnya seni beladiri tradisional Langga untuk mempertahankan diri dari serangan musuh. Beladiri Langga, ini merupakan seni beladiri yang menjadi milik Gorontalo, dimana seni beladiri ini tidak digunakan untuk membunuh, melainkan menjaga diri, melumpuhkan lawan tetapi tidak diwajibkan untuk hal-hal yang menimbulkan korban jiwa. Beladiri Langga adalah seni beladiri dengan tangan kosong, dan merupakan perkawinan tendangan dengan pukul serta tangkapan yang terencana dalam upaya mengenai titik kelemahan pada tubuh manusia, atau menjatuhkan lawan mainnya. Di samping sebagai alat beladiri terdapat ajaran-ajaran filosofi kehidupan sebagai perwujudan terhadap pengakuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (EeyA).
Selama ini beladiri Langga dipandang sebelah mata oleh kalangan awam, karena masih dianggap jenis beladiri/beladiri yang ketinggal zaman karena hanya mengandalkan kekuatan fisik dan beladiri Langga dipandang tidak lebih hanya dari seni ke indah saja, yang tidak dapat di gunakan dalam pertarungan pada zaman modern. ini menyebabkan masyarakat mempunyai persepsi yang campur aduk tidak karuan terhadap beladiri langga. tidak adanya satu kesepakatan masyarakat mengenai ilmu beladirilangga berdampak pada menurunya jumlah orang yang tertarik mempelajari salah satu budaya luhur Gorontalo ini.
Selain itu adanya tradisi-tradisi  tidak logis seperti aturan sesorang yang mau belajar beladiri langga matanya harus di tetesi (dalam bahas Gorontalo 'Pitodu') dengan minyak kelapa yang kelapanya khusus dipanjat pada hari jumat dengan jenis kelapa yang tidak biasa, setelah itu proses pembuatannya harus melalui syarat-syarat tertentu agar khasiat dari minyak ini sangat mujarab ketika digunakan untuk mengbeat atau MODUHU para murid langga yang dianggap sudah tamat belajar langga.
Olahraga beladiri Tradisional  Langga di Provinsi Gorontalo belum mempunyai struktur gerak sehingga menyulitkan masyarakat untuk mendalami olahraga beladiri Tradisional  Langga tersebut. Olahraga beladiri Tradisional  Langga belum diketahui masyarakat secara pasti landasan filosofis dan nilai dalam setiap gerak seni yang di lakukan. Belum adanya aturan yang tertulis tentang aturan baku olahraga beladiri Tradisional beladiri Langga sewaktu dalam pertandingan. Untuk itu, pelestarian, pembinaan dan pengembangan olahraga tradisional beladiri langga adalah tindakan positif yang perlu kita dukung. Karena olahraga tradisional beladiri langga memiliki daya dan kekuatan yang menyebabkan kita sebagai daerah memiliki “kekebalan budaya” agar tak punah dan gagap dalam pergaulan dengan komunitas global. Olahraga tradisional beladiri langga sebagai aset kekayaan budaya daerah dapat menjadi fondasi yang kokoh dan kuat dalam membangun karakter daerah.